Total Tayangan Halaman

Sabtu, 01 September 2012

Mahameru: Puncak Abadi Para Dewa


"Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta"

Sebait lagu Dewa 19 berjudul "MAHAMERU" itulah yang membulatkan tekadku untuk berkunjung ke Gunung Semeru (28-31 Agustus 2012). Dengan persiapan yang terbilang mepet seusai puasa Ramadhan dan ditambah baru saja kehilangan seorang Kakek satu-satunya  4 hari sebelumnya tidak menyurutkan semangatku merasakan langsung pesona alam disana. Ya sekalian membuang rasa sedih di hati, dengan mengenang Beliau dari Puncak Mahameru nantinya...
Bersama Yangkung (kakek ku)

Tepat pada tanggal 28 Agustus 2012, aku bersama 4 orang kawanku lainnya, Cumba, Yohan, Adit, Dukha berangkat dari Terminal Bungurasih pukul 06.00 menuju Terminal Arjosari Malang mengendarai Bus Tentram. Dari Arjosari, kami oper naik angkot jurusan Pasar Tumpang. Sesampainya di Pasar Tumpang, konser keroncong di perut kami tak tertahankan lagi dan harus segera dipadamkan. Jadilah kami mampir ke sebuah Warung bernama"MAHAMERU Mbak Bad". Haha, nama yang sesuai dengan tema perjalanan kami kali ini. 
di atas angkot menuju Tumpang

warung MAHAMERU Mbak Bad :D


Tak lama berselang datang 2 orang laki-laki menghampiri kami, yang tak lain sesama pendaki yang juga akan ke Ranu Pani, mereka berasal dari Solo. Mereka menawarkan bareng dengan mobil jeep yang sudah mereka pesan. Untuk menuju Ranu Pani, mau tidak mau memang kami harus menyewa Mobil Jeep, dan biasanya mobil Jeep ini diisi maksimal 15 orang dengan biaya @Rp. 35.000,-. Di dekat mobil jeep sudah menunggu 3 orang kawan dari Solo lainnya dan juga 3 kawan baru dari Bogor 2 diantaranya adalah cewek bernama Dilla dan Septi. Dan berangkatlah kami... 


Pose dulu di pertengahan jalan sebelum sampai di Ranu Pani
Pemandangan disekitar tempat kami istirahat lumayan mempesona lho...
Bersama Bro Dluha, pose di atas jeep


Siang hari (sorry lupa gak liat jam) akhirnya kami sampai di Ranu Pani. Yohan selaku team leader kami segera mengurus perijinan ke petugas pos. 

berpose bersama di depan Pos Resort Ranu Pani
inilah Ranu Pani... :)


Tepat pukul 13.00 wib kami berangkat menuju Ranu Kumbolo, perjalanan lumayan "terasa" disebabkan karena sudah lama kaki-kaki ini selalu dimanjakan oleh kehadiran sepeda motor. Peluh mulai membasahi baju ini, tiap pos kami gunakan untuk parkir sejenak membasahi kerongkongan dengan seteguk air putih yang kami bawa. Indahnya pemandangan pegunungan sudah mulai tampak di hadapan kami.


Gerbang Selamat Datang menyambut kami :)
istirahat di POS 1
berjalan sambil menikmati pemandangan sekitar, agar tak terasa lelah
istirahat lagi rekkk......,hehe....
melintasi jembatan kecil di tengah hutan, dalam keadaan berkabut...
sampai di POS 3, yang ternyata sudah dalam keadaan ambruk


Menjelang pukul setengah 6 sore, dari kejauhan mulai tampak Danau Ranu Kumbolo, tempat kami akan menginap malam ini. Sungguh lega rasanya melihat danau tersebut dari kejauhan, seakan semangat kembali terpompa, dan rasa lelah menjadi hilang seketika...
alhamdulillah ya Allah....
Sesampainya di Ranu Kumbolo, kami segera mendirikan tenda, berlomba dengan waktu yang semakin malam dan semakin dingin. Kami memilih lokasi tepat di barat danau, dengan tujuan agar esok pagi kami dapat menikmati matahari terbit tepat dari depan Ranu Kumbolo :) . Malam pertama ini begitu dingin, maklum kami biasanya hidup di Surabaya dengan suhu panas. Untuk menghangatkan badan, kami bergabung dengan tetangga sebelah tenda yang sudah menyalakan api unggun, ternyata mereka rombongan dari Jakarta. Bertambah lagi kawan kami :). Setelah makan malam, kami putuskan untuk segera tidur, agar rasa lelah di tubuh ini segera hilang, dan esok pagi bisa melanjutkan perjalanan dan tidak bangun kesiangan untuk menikmati matahari terbit di Ranu Kumbolo. Good Night... :)


malam gelap gulita tertutup kabut yang mulai turun di Ranu Kumbolo

Tidur dengan posisi "krunthelan pindhang" ala arek2, aku sendiri kebagian tidur di teras tenda...,nasib...,nasib...,hehe...
Pukul 5 pagi, kami terjaga, dan segera keluar tenda. Sebenarnya tubuh ini masih enggan diajak bangun karena hawa dingin yang mampu menerjang tenda dan sleeping bag kami. Tapi, tetap sholat subuh jauh lebih penting dong, jadi gak boleh malas..,apalagi sebentar lagi matahari mau terbit, jangan sampai ketinggalan gak di abadikan, hehe... :D


masih disini, menunggu pagi
matahari mulai muncul, tapi sayang terhalang kabut
mataharinya mana ya...
indah sekali pagi ini, aku pasti akan merindukan Ranu Kumbolo di pagi hari.
Indah sekali pagi ini, kabut menyelimuti tubuh ini menyambut datangnya sang mentari. Kupandangi sekeliling, pohon-pohon seakan bergerak menarikan tarian damai. Bukit teletubbies di belakang yang rumputnya kecoklatan pun menambah damai pagi ini. dan yang tak terlupakan adalah canda tawa bersama kawan-kawan, sambil menikmati secangkir coklat susu duduk bersama menghadap danau. Oh, betapa indahnya nikmat-Mu ya Allah... :)


secangkir coklat susu di pagi hari... :)
bersama Filippo, teman baru yang berasal dari Italia
Setelah makan kami segera packing dan bersih-bersih. Pukul 9 lebih sedikit kami melanjutkan perjalanan menuju Kalimati. Pos kalimati biasanya dipakai oleh para pendaki untuk nge-camp di hari ke 2, sedang pada malam harinya biasanya langsung lanjut berjalan menuju puncak.


5 serangkai pose di depan Ranu Kumbolo sebelum lanjut ke Kalimati.

Pada  bagian  Barat danau, terdapat sebuah bukit tinggi menjulang. Bukit ini merupakan bagian dari rute pendakian ke arah puncak, kemiringan tidak kurang dari 45 derajat dan merupakan rute tanjakan yang landai tapi panjang. Ada yang menarik di sini, ternyata tanjakan tersebut memiliki julukan yaitu Tanjakan Cinta.

Julukan tersebut lantaran ada mitos yang beredar di kalangan pendaki. Menurut beberapa sumber mitos ini lahir dari kisah tragedi dua sejoli yang sudah bertunangan saat mendaki tanjakan tersebut.  

Konon, waktu itu, si cowok melewati tanjakan tersebut lebih dulu. Sementara calon istrinya kepayahan naik tanjakan itu, cowok tadi cuma melihat dari atas sambil foto-foto. Naas, pendaki cewek ini tiba-tiba pingsan dan jatuh terguling ke bawah, kemudian tewas.

"Barang siapa yang bisa terus berjalan tanpa berhenti hingga di atas bukit dan tanpa menoleh ke belakang, jika sedang jatuh cinta akan berakhir bahagia, itulah mitos tanjakan cinta," tutur salah seorang sopir jeep setempat.

Butuh tenaga ekstra untuk melewati tanjakan ini tanpa berhenti apalagi sambil mengangkat berat beban yang kita bawa,setelah sampai di ujung tanjakan cinta rasa lelah kita serasa hilang karena melihat indahnya Ranu Kumbolo yang membisu dikelilingi hamparan rumput dan pepohonan yang menghijau.
inilah pemandangan setelah sampai di atas tanjakan cinta, sungguh elok sekali lukisan Allah ini... :)
Bukan sekedar mendaki, namun para pendaki yang punya hobi memancing tak pernah melewatkan membawa pancing untuk sekedar melepas hobi di telaga yang memiliki luas 14 hektar yang dikelilingi bukit hijau dengan pohon-pohon cemara dan padang rumput.
Setelah melewati Tanjakan Cinta, selanjutnya kami harus turun melintasi hamparan padang rumput yang biasa disebut Oro-Oro Ombo.


awas ada scream :D

Sesampainya di Cemoro Kandang, kami beristirahat sejenak. Disana kami bertemu 3 pendaki yang baru saja turun dari atas. Mereka bercerita bahwa suhu di Arcapada semalam sangat dingin. Ternyata mereka nekat ngecamp disana. Dan sebelum melanjutkan perjalanan, mereka memberi semangat kepada kami sama seperti ketika berpapasan sesama pendaki yang lain. Hal inilah yang aku suka dari mendaki gunung. saling sapa dan rasa kekeluargaan antar pendaki begitu kuat terasa, baik ketika berpapasan maupun ngecamp bersama. Hal-hal inilah yang tak ku temui ketika di kota. Manusia-manusia  di kota seakan hidup di antara nafsu duniawi dan keegoisan pribadi. Contoh kecil nih ya, ketika kita berada di trafic light. Lampu belum hijau, tapi para pengemudi mobil dengan seenaknya main klakson, dan dengan arogannya memarahi pengemudi di depannya ketika kendaraan di depannya tak menyegerakan menggerakkan kendaraannya, padahal lampu hijau baru menyala tak sampai sepersekian detik. Seakan akan mereka dikejar oleh waktu. Salip sana salip sini seenaknya sendiri tanpa ada yang mau mengalah. Tidak seperti di gunung, para pendaki saling mengalah. Biasanya pendaki yang baru turun dari atas akan berhenti dan memberi jalan kepada pendaki yang baru akan naik, mengingat jalan yang digunakan sempit dan jurang mengapit di sisi jalan. Selain itu jalan mendaki jauh lebih berat daripada jalan menurun, jadi biasanya pendaki yang turun mendahulukan yang akan naik. Sungguh suatu bentuk toleransi yang sangat mulia kawan... :)
Kembali kuingat bait lagu Mahameru:

"Mahameru berikan damainya
Didalam beku Arcapada
Mahameru sampaikan sejuk embun hati
Mahameru basahi jiwaku yang kering
Mahameru sadarkan angkuhnya manusia
Puncak abadi para dewa... "

@Cemoro Kandang
Sambil istirahat, jepret2 pohon sekitar, berasa kayak moto bunga sakura di Jepang :D
Setelah berjalan kurang lebih 2,5 jam, puncak Mahameru mulai terlihat dari kejauhan. Sungguh gunung yang terlihat kokoh dan gahar, batas vegetasi juga semakin terlihat dari kejauhan. Yang di maksud batas vegetasi adalah batas antara wilayah puncak gunung berisi material pasir+ kerikil berbatasan dengan wilayah gunung yang masih ditumbuhi oleh pepohonan.







Di tempat ini mulai terlihat hamparan pohon-pohon edelweis dengan bunganya yang berwarna kuning. Menurutku, bunga edelweis di kawasan Semeru ini memiliki ciri khas tersendiri dibanding edelweis di tempat lain, yaitu bunganya memiliki aroma yang harum. Ketika kita berjalan di dekatnya, kita dapat dengan mudah mencium aroma wangi dan segar tersebut.


edelweis di sini harum :)



Kira-kira jam 1 siang, kami sampai di Pos Kalimati. Kami segera membagi tugas. Aku, Adit, dan Yohan mencari lokasi yang pas dan segera mendirikan tenda, sedangkan Dlukha dan Cumba segera mencari persediaan air di Sumber Mani. Sumber mani adalah satu-satunya sumber air di wilayah Kalimati. Untuk menuju kesana membutuhkan waktu kira-kira 30 menit, jadi PP butuh waktu 1 jam ke tenda kita.



papan peringatan di Pos Kalimati




Tenda telah berdiri, selagi menunggu Dlukha dan Cumba kembali, kami memasak makan siang, alhamdulillah cadangan air masih mencukupi untuk memasak. 1 Jam kemudian Dlukha dan cumba datang, makan siang juga sudah jadi, akhirnya kami segera menyantap makan siang kami. Selesai makan, gantian aku dan Adit mencari air di Sumber Mani untuk persiapan muncak nanti malam. Setelah mencari air, sekitar jam 6 sore kami segera tidur karena suhu udara semakin terasa dingin dan lagi ditambah terpaan angin yang lumayan kencang di Kalimati.

Perjalanan mencari air ke Sumber Mani



inilah sumber air satu-satunya di Kalimati, bernama Sumber Mani
jadi tukang pijet dadakan, kaki si Dlukha kram, hehe...


Jam 10 malam, alarm berbunyi tanda bahwa kami harus segera bersiap. Sebelum berangkat, kami mengecek perlengkapan. Tas carrier ditinggal di tenda, hanya 1 carrier yang di ikutsertakan muncak untuk tempat roti+persediaan air selama muncak. Tak lupa head lamp juga kami bawam Dan sebelum berangkat, kami menyantap nasi yang telah dipersiapkan sejak siang, lauk sarden dirasa cukup untuk menambah tenaga malam ini. Hawa dingin begitu terasa menembus kulit, tapi ini tak menyurutkan tekad kami. Setelah berdoa, tepat jam 11 malam kami mulai berangkat menyusuri jalan setapak. Ditengah perjalanan ada rombongan dari Unair yang ternyata mengikuti jejak kami.


Bulan Purnama di atas lereng Mahameru


Pukul 1 dini hari kami sampai di Arcopodo. Sejenak melepas lelah, kami berkumpul di dekat api unggun yang masih menyala yang ternyata dibuat oleh rombongan yang ngecamp disana. Wah, nekat sekali mereka ngecamp di Arcopodo, batinku. Tak ingin terlalu lama bersantai-santai, kami melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya memasuki kawasan yang sering disebut dengan BLANK 75. Adalah sebuah perpotongan jalan setapak yang berada tepat di antara batas vegetasi ketika melewati Cemoro Tunggal. Konon katanya di tempat ini banyak pendaki yang tersesat ataupun hilang tak tau arah jalan pulang (nahloh, malah nyanyi...,hehehe...). Ditambah lagi disekitar sini banyak ditemui papan petilasan (papan in memoriam) untuk mengenang para korban tewas maupun hilang, sehingga semakin menambah suasana menjadi sedikit mencekam waktu itu. Tapi, aku percaya bahwa rombongan kami tidak sendiri, kami percaya Allah melindungi perjalanan kami dengan niat yang mulia ini. :)


Jalur pendakian menuju puncak


Salah satu petilasan yang banyak ditemukan di sekitar Blank 75



Sedikit demi sedikit aku melangkahkan kaki, maju 5 langkah tapi merosot lagi 3 langkah. Medan pasir bercampur kerikil memang mempersulit untuk melangkah, ditambah kemiringan lereng puncak ini yang bisa mencapai 50 derajat. Ketika terasa capek, aku dan kawan-kawan berhenti di lereng, sambil menikmati pemandangan Kota Malang dan Lumajang di malam hari yang terlihat berkelap kelip oleh lampu. Sedangkan dibawah sana, ternyata tak hanya rombongan kami yang beranjak ke puncak, akan tetapi rombongan-rombongan pendaki lain juga mulai tampak berbondong-bondong naik terlihat seperti akan tawaf dengan senter di atas kepala masing-masing,  hehehe...
Sambil istirahat, kulirik jam ku, ternyata masih pukul 2 pagi. Badan lelah ditambah hawa dingin membuat mata ini ingin tertidur. Tapi buru-buru kutepis hal itu, karena sekali tertidur disuhu dingin seperti ini, bisa-bisa kami terkena hipotermia, dan ditambah medan curam plus angin malam yang semakin terasa kencang, bisa-bisa kami terjatuh ke bawah gara-gara ketiduran.



Pukul 5 pagi, dari kejauhan langit sudah terlihat mulai berwarna jingga, tanda sang surya akan segera muncul. Tapi menengok ke atas, ujung puncak tak kunjung terlihat. Hal ini sedikit mempengaruhi pikiran kami. Akankah perjalanan ini dicukupkan sampai lereng ini saja? Oh tidak, buru-buru kubuang pikiran menyerah itu. Kukumpulkan semangat dan pikiran-pikiran positif lainnya, karena ke Puncak Mahameru ini aku membawa beragam misi. Jadi, sekali kaki melangkah naik pantang untuk balik sebelum menyentuh puncak. Bismillah, aku mulai melangkahkan kaki kembali setapak demi setapak dengan tas carrier di punggung.








Pukul setengah 7, kulihat Cumba dan Adit sudah hilang dari pandangan mata, tanda bahwa mereka berdua sudah sampai duluan diatas. Kira-kira kurang 100 meter lagi puncak akan tergapai. Kulihat Yohan dibawah sudah kelelahan secara psikis, buru-buru kuteriaki supaya tetap semangat. Akhirnya dia lanjut berjalan lagi. Sedangkan Dlukha sudah tak tampak dari tadi jam 3 pagi, kudengar dari teman-teman yang lain bahwa dia tidak melanjutkan perjalanan karena kakinya yang terkilir terasa sakit lagi.

Pukul 7, akhirnya cita-citaku merasakan pagi hari di puncak tertinggi di Jawa tercapai. Alhamdulillah, Puncak Mahameru berhasil kujejaki bersama kawan-kawanku. Pemandangan nan elok terhampar indah dari atas kami. Pesawat terbang pun melintas di bawah kaki kami. Subhanallah...
Ditambah lagi kawah Semeru yang bernama Jonggring Saloka setiap 15 menit sekali menghembuskan wedhus gembel, suaranya menggelegar mirip suara mesin jet. Momen ini tak disia-siakan oleh para pendaki untuk berfoto-foto.

Berikut ini adalah misi-misi ku yang dari awal sudah kurencanakan, perjalananku kali ini aku persembahkan untuk mereka:  

 Spesial untuk ekstrakulikuler tersayangku yang mau ulang tahun.
Dari atap Pulau Jawa, kami mengucapkan:
"HAPPY B'DAY GEMPA SMADA, SEMOGA SELALU BERADA DI PUNCAK PRESTASI SEBAGAIMANA BENDERA MERAH PUTIH INI TERTANCAP DI ATAS SANA :)"

Teruslah berjuang adik-adikku, raihlah prestasi kalian setinggi mungkin, teruskan perjuangan kakak-kakakmu. Jangan pernah menyerah dalam berjuang hingga mencapai puncak kejayaan. Jatuh itu biasa, tapi bangkit dan kembali berjuang itu baru luar biasa. Dimanapun kami berada, percayalah bahwa kami akan selalu mendoakan kalian agar sukses dalam berjuang meraih prestasi.

-GENERASI 5-
Mahameru 3676 mdpl, 30 Agustus 2012
Selamat Ulang Tahun Pernikahan Perak untuk Mama dan Papa, tanggal 19 Desember 2012 nanti... :)

@Puncak Mahameru :)

 HAPPY GRADUATION BIREME'08, sukses selalu :)


 Bendera HIMASISKAL berhasil dikibarkan di Puncak Mahameru. Semoga HIMASISKAL terus jaya !


Itulah tadi sekelumit misi-misi ku, diatas sana tak lupa aku mengenang kepergian Kakek ku, mengirimkan Al Fatehah dari atas sana dengan harapan doaku cepat sampai kepada Beliau... :)
Oh iya, selain itu dia atas Puncak Mahameru juga terdapat petilasan Soe Hok Gie, pasti kawan-kawan sudah kenal kan dengan sepak terjang Beliau?kalau belum, cepetan nonton film GIE ya...,hehe... ^^
inilah petilasan Soe Hok Gie & Idhan Lubis
background-nya indah banget cuy...... :D
Menghadap Kawah Jonggring Saloko
Kawah Jonggring Saloko ketika menghembuskan Wedhus Gembel




Pukul 8 pagi lebih sedikit, kami bergegas turun. Kami tak ingin sampai terkena racun gara-gara tak mematuhi larangan untuk turun sebelum jam 10 pagi. Medan turun ternyata jauh lebih mudah daripada naik. Untuk naik semalam membutuhkan waktu 8 jam, sedangkan untuk turun tak sampai setengah jam, karena untuk turun kami cukup meluncur dari atas ke bawah seperti atlet ski profesional, hehe...
Sampai di tenda sekitar jam 11 siang, stelah masak dan makan kami pun tidur untuk melepas lelah. Pukul 2 siang kami packing bersiap meninggalkan Kalimati untuk kembali ke Ranu Kumbolo. Jam 3 sore kami berangkat.


Kondisi pada saat turun dari puncak, sangat berdebu
bongkar tenda, packing, terus kembali ke Ranu Kumbolo
pose dulu sebelum meninggalkan Kalimati


Mahameru, we will miss u...



Pukul 6 sore, akhirnya kami sampai di Ranu Kumbolo, segera kami dirikan tenda, dan si Yohan memasak didalam tenda. Suhu malam ini terasa lebih dingin dari hari pertama lalu. Kabut terlihat turun dibawah terpaan sinar bulan purnama, menambah suasana menjadi semakin dingin. Tapi, keceriaan di dalam tenda pada waktu itu sungguh tak tergantikan, kami berbagi keseruan di balik tenda sambil mendengarkan lagu DEWA 19 yang berjudul MAHAMERU. Hingga akhirnya kami tertidur malam itu.



"Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta"Menatap jalan setapak
Bertanya - tanya sampai kapankah berakhir
Mereguk nikmat coklat susu
Menjalin persahabatan dalam hangatnya tenda
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta


istirahat di Oro-Oro Ombo, Ranu Kumbolo ada di balik bukit... :)



Pukul 5 pagi, aku terbangun gara-gara hawa dingin terasa menembus sleeping bag ku lebih dingin dari sebelumnya. Langit-langit tenda juga terlihat basah oleh butiran embun. Aku segera keluar tenda, dan apa yang terlihat diluar sungguh luar biasa menakjubkan. Di sepatuku terlihat banyak bunga es. Air minum kami pun beku menjadi es batu. Sampai-sampai, celana boxer tetangga kami pun beku seperti peyek gara-gara semalaman dijemur di luar, hahahaha... Dan, tahukah berapa suhu pada pagi itu??? ternyata luar biasa lebih dingin daripada hari pertama! tembus minus 5 derajat Celcius kawan!
Sungguh pengalaman luar biasa.

brrrrr....,gila bener..., minus 5,2 derajat Celcius Rek...! hehe...




putih-putih itu adalah bunga es yang menempel di sepatu :D


es batu


Es Batu Ranu Kumbolo :D




boxer jadi peyek gara-gara semalaman di jemur diluar dalam suhu dingin :D

matahari terbit di Ranu Kumbolo, dihari ke 4 kami di Semeru
sisi lain Ranu Kumbolo

Papan penunjuk lokasi Ranu Kumbolo
bersantai bersama kawan sembari menikmati pesona Ranu Kumbolo :)

Masak rame-rame seru lho....

nunggu teman-teman kumpul sebelum makan


Sarapan pagi dulu, biar kuat jalan sampai Ranu Pani :D

Pukul 10 pagi, kami packing dan lanjut turun ke Ranu Pani. Sepanjang perjalanan, senyum terus terpancar diwajah ini. Benar-benar pengalaman berharga, tak mungkin terlupakan. Di jalan kami berpapasan dengan rombongan pendakian massal dari Semarang, jumlahnya sekitar 100an orang.

Pasukan siap meluncur turun


Ranu Kumbolo, semoga suatu saat nanti kami bisa kembali ke sini, mengenang kenangan indah ini bersamamu :)

Pukul 1 siang akhirnya kami sampai di Pos Ranu Pani, setelah melapor ke petugas Pos dan menyerhakan sampah yang kami bawa segera kami meluncur ke Bakso Malang yang telah kami idam-idamkan sejak dari atas kemarin, tak lupa juga aku membeli souvenir di sekitar pos. Sebelum meninggalkan Ranu Pani, ku sempatkan mengukir tulisan BIREME'08 di papan vandalisme yang ada di samping pos Ranu Pani, anggap saja ini kenang-kenangan seandainya suatu saat nanti kami kembali kesana, atau ada teman kami yang lain juga mendaki kesana maka akan dapat mengingatkan akan persaudaraan yang telah terjalin selama ini. :)

pose sebelum sampai Ranu Pani

corat-coret di Papan Vandalisme :D
BIREME'08, seduluran saklawase :)

inilah foto bareng di depan Pasar Tumpang tempat pemberhentian Jeep sewaan ari Ranupani bersama teman-teman baru dari Solo


Berikut ini adalah dokumentasi perjalanan kami menuju Puncak Mahameru yang telah kami unggah ke Youtube, semoga dengan semua referensi ini dapat membantu menambah informasi untuk teman-teman ketika ingin berkunjung ke sana. Yang penting siapkan segala sesuatunya dengan baik, dan juga bentuk tim yang solid.. :)
Dan semoga, suatu saat aku dapat kembali mengunjungi Mahameru lagi, aamiin...

"Masihkah terbersit asa
Anak cucuku mencumbui pasirnya
Disana, nyalimu teruji
Oleh ganas cengkraman hutan rimba
Bersama sahabat mencari damai
Mengasah pribadi mengukir cinta...
"


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar